Merokok di usia kanak-kanak bisa mengubah genetik keturunan
di masa datang. Sebuah penelitian terbaru menemukan, pria yang merokok sebelum
usia mereka 11 tahun berisiko lebih tinggi memiliki anak kelebihan berat badan
di masa depan.
Temuan dari proyek "Children of the 90s"
menunjukkan gaya hidup bahkan di masa kanak-kanak mempengaruhi kesehatan
generasi berikutnya.
"Penemuan memperlihatkan adanya efek transgenerational
pada kenaikan obesitas dan dapat dipakai untuk evaluasi pencegahannya,"
ungkap Marcus Pembrey, seorang profesor genetika di University College London,
seperti dikutip News Daily.
Jumlah perokok di seluruh dunia meningkat dari tahun ke
tahun. WHO merilis, sekitar 35 persen pria di negara maju dan 50 persen pria di
negara berkembang adalah perokok.
Sejumlah riset pada hewan memang menunjukkan adanya dampak
kesehatan antargenerasi, namun buktinya terbatas.
Studi yang diterbitkan dalam European Journal of Human
Genetics, peneliti memiliki akses ke gaya hidup, genetika dan data kesehatan
9.886 ayah, 5.376 diantaranya perokok. Sebanyak 166 orang atau tiga
persen merokok secara teratur sebelum usia 11 tahun.
Saat melihat keturunannya, peneliti menemukan pada usia usia
13, 15 dan 17, anak dari lelaki yang merokok sebelum 11 tahun memiliki indeks
massa tubuh paling tinggi daripada yang merokok di usia yang lebih dewasa atau
tidak sama sekali.
"Anak-anak ini memiliki massa lemak yanng lebih tinggi
mulai dari 5-1o kilogram antara usia 13 dan 17," kata studi tersebut.
Namun, efek ini tidak terlihat pada anak-anak perempuan pada
tingkat yang sama.
Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King College
London, mengatakan temuan itu menarik dan langka. "Ini data yang persuasif
namun belum definitif sehingga kita perlu konfirmasi bahwa merokok terkait
perubahan epigenetik yang sama dalam DNA anak-anak," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar